Senin, 29 April 2013

BANK SENTRAL

BANK SENTRAL Sistem moneter dunia yang semakin terintegrasi dan saling bergantung telah mengakibatkan negara-neara dengan sumber modal terbatas seperti Indonesia menjadi tak berdaya mengatasi perpindahan arus modal yang semakin cepat. Dengan menganut rezim devisa bebas dan sistem nilai tukar bebas (free floating rate), maka bank sentral di Indonesia mengemban tugas yang sangat berat. Sekaligus menantang. Sebuah sistem bank sental yang baik dan sehat merupakan syarat mutlak untuk mengatasi kondisi apapun. Sejarah Bank Sentral Di Indonesia Perjalanan dan proses perubahan sistem di tubuh bank sentral telah berlangsung cukup lama sejak indonesia merdeka. Lahirnya bank sentral di indonesia sekitar tahun 1949, ketika berlangsung Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Keputusan penting KMB adalah menunjuk De Javasche Bank NV sebagai Bank Sentral. De Javasche Bank merupakan bank komersial dan sirkulasi pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berdiri sejak tahun 1828. Pada awalnya bank nasional Indonesia 1946 berstatus sebagai bank sentral, dan sesuai keputusan KMB diubah menjadi bank pembangunan. Pengaruh kepentingan kolonial Belanda dalam menentukan kebijakan jelas masih dominan. Sehingga De Javasche Bank dinasionalisasi dengan Keputusan Pemerintah Nomor 118 tanggal 2 Juli 1951. Agar bisa dibangun bank sentral yang mandiri dan bebas dari pengaruh kolonial, diangkatlah presiden baru bank sentral, yang saat itu dipimpin oleh Syafrudin Prawiranegara. Peran Bank Indonesia sebagai intuisi bank sentral terlihat semakin jelas sejak dikeluarkannya UU No. 11 tahun 1953 tetang pokok-pokok bank sental. Dalam undang-undang tersebut Bank Indonesial masih merangkapsebagai bank komersial namun lebih berperan sebagai penjaga stabiitas moneter, mengedarkan uang, mengembangkan sistem perbankan, mengawasi bank dan penyaluran kredit. Sejak dikeluarkannya UU No.13/ 1968 peran komersial Bank Indonesia dicabut oleh pemerintah. Bank sentral (Bank Indonesia) adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan, serta pelaksanaan fungsi lender of last resort, BI hanya membantu untuk mengatasi mismatch yang disebabkan resiko kredit atau resiko pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, resiko manajemen dan resiko pasar. Sesuai dengan status Bank Indonesia sebagai otoritas moneter yang independen, pemberian kredit program tidak lagi menjadi tugas BI. Bank sentral memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam mendukung perkembangan perekonomian suatu negara. Kebijakan yang ditempuh bank sentral berpengaruh langsung terhadap peredaran uang dan suku bunga dalam perekonomian,, serta operasi dan kesehatan perbankan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tidak hanya perkembangan sektor keuaangan, tetapi juga pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Tugas bank sentral pada umumnya mencakup : perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter, pengaturan dan pengawasan perbankan, dan pengaturan dan pelaksanaan sistem pembayaran (Bank Indonesia, 2004). Perumusan Dan Pelaksanaan Kebijakan Bank Sentral Tujuan bank sentral dalam menjalankan kebijakan moneter sesuai dengan tujuan ekonomi makro adalah : 1. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan 2. Penggunaan tenaga kerja yang tinggi (tingkat pengangguran yang rendah) 3. Stabilitas harga 4. Stabilitas suku bunga 5. Stabilitas pasar keuangan 6. Stabilitas pasar nilai tukar Namun, bank sentral tidak dapat mempengaruhi secara langsung, karena untuk melihat dampak kebijakan bank sentral terhadap tujuan-tujuan tersebut diperlukan waktu yang cukup lama (pada umumnya lebih dari setahun) sehingga dapat menimbulkan keterlambatan untuk melakukan tindakan koreksi bila terjadi kesalahan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, bank sentral menggunakan sasaran menengah (intermediate target), seperti mengendalikan jumlah uang beredar secara luas atau mengendalikan suku bunga jangka pendek dan jangka panjang. Akan tetapi sasaran menengah tersebut tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan. Untuk itu, bank sentral dapat menggunakan sasaran lainnya, yaitu sasaran operasional dengan mengendalikan cadangan (uang primer) atau suku bunga yang lebih responsif terhadap kebijakan bank sentral dan memiliki dampak langsung terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja dan tingkat harga (inflasi) serta dampak terhadap tujuan kebijakan moneter lainnya. Bank sentral lebih mudah untuk mencapai tujuan dengan memusatkan pada sasaran ketimbang mencapai tujuan kebijakan secara langsung. Dengan menggunakan sasaran menengah dan sasaran operasional, lebih mudah diketahui apakah kebijakan yang dilakukan sesuai dengan tujuan sehingga tidak harus menunggu sampai hasil akhir. Bagaimana Bank Sentral Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar Perkembangan jumlah uang beredar memiliki keterkaitan dan pengaruh langsung pada perkembangan aktivitas perekonomian. Keterkaitan itu tercermin pada hubungan yang terjadi antara jumlah uang beredar dengan perkembangan variabel-variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mendorong meningkatya harga-harga (inflasi) yang akan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah uang beredar terlalu sedikit akan mengakibatkan kelesuan ekonomi, yang akan menurunkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi tersebut melatarbelakangi jumlah uang beredar dengan kebijakan moneter. Bank sentral dapat menambah jumlah uang beredar (instrumen bank sentral) dengan tujuan mengendalikan jumlah uang beredar cara berikut : 1. Open market operation Jika bank sentral menjual surat utang (T-Bills, atau SBI) ke masyarakat, maka bank sentral akan menerima uang dari masyarakat sehingga jumlah uang beredar akan berkurang atau mengalami kontraksi. Hal itu dapat dilakukan dengan menaikkan suku bunga surat utang tersebut. Hal sebaliknya terjadi bila bank sentral menurunkan suku bunga utang tersebut. 2. The discount window Bank sentral menyediakan pinjaman kepada bank komersial dalam bentuk pinjaman diskonto (discount loan) atau discount window, dengan suku bunga diskon (discount rate) yang lebih murah dari suku bunga pinjaman lainnya. Pinjaman tersebut dikeluarkan jika bank komersial kekurangan cadangan atau jika bank kekurangan dana untuk dipinjamkan sementara ongkos pinjam di interbank market dianggap cukup tinggi. Pinjaman tersebut diberikan dengan syarat tertentu sehingga tidak semua permintaan dapat disetujui. Jika tingkat diskonto diturunkan (sehingga ongkos meminjam menjadi murah), maka jumlah uang beredar akan meningkat. Instrumen ini dianggap relatif kurang efektif karena dapat meningkatkan bahaya moral bank bila suku bunga diskon rendah. 3. Rediscount operation Bank sentral membeli Comercial Paper atau surat utang perusahaan. Dampak pembelian surat-surat berharga tersebut mengakibatkan uang beredar akan bertambah. Di indonesia, operasi pasar jenis ini disebut dengan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). 4. Foreign exchange operation Jika bank sentral menggunakan sistem nilai tukar tetap, maka bank sentral harus memiliki komitmen untuk membeli atau menjual mata uang asing tersebut dengan nilai tukar yang telah ditetapkan. Jika mata uang domestik terapresiasi, maka bank sentral perlu mendepresiasikannya dengan menambah / menjual mata uang asing di pasar sampai dengan nilai tukar yang dituju. Jika bank sentral menggunakan sistem nilai tukar mengambang, maka bank sentral hanya bertindak sebagai bystander. Jika bank sentral membeli mata uang asing, maka bagian aset akan meningkat, dan kewajiban meningkat dalam jumlah yang sama. Akan tetapi, karena banyak faktor yang mempengaruhi permintaan mata uang asing, maka instrumen ini pun dianggap relatif kurang efektif. 5. Reserves requirement Bank sentral dapat menambah jumlah uang yang beredar dengan menurunkan cadangan minimum (reserves requirement). Dengan cadangan minimum yang rendah, bank komersial memiliki lebih banyak dana untuk dimultiplikasikan dalam proses penciptaan uang giral. Perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi likuiditas bank komersial, sehingga instrumen ini dianggap kurang efektif. 6. Moral suasion Bank sentral membujuk bank komersial agar tidak memberikan kredit terlalu agresif yang dapat meningkatkan risiko bank. Dengan demikian, bank sentral dapat menekan pinjaman diskonto dan jumlah uang beredar. Akan tetapi, karena hanya bersifat membujuk, instrumen inipun kurag efektif. Bagaimana Bank Sentral Mempengaruhi Suku Bunga Sasaran jumlah uang beredar tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan. Oleh karena itu bank sentral dapat menggunakan sasaran operasional dengan mengendalikan cadangan (uang primer) atau suku bunga (suku bunga fed-funds atau T-Bill) yang lebih responsif terhadap kebijakan bank sentral, dan memiliki dampak langsung terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja dan tingkat harga (inflasi) serta dampak terhadap tujuan kebijakan monetr lainnya. Suku bunga fed funds adalah suku bunga pinjaman antar bank dari dana yang disimpan si bank sentral. Suku bunga fed funds sangat penting dalam menjalankan kebijakan moneter, karena bank sentral dapat mempengaruhinya secara langsung. Dengan demikian, tinggi rendahnya suku bunga fed funds dapat menjadi indikasi keberhasilan bank sentral dalam menjalankan kebijakan moneter. Operasi pasar terbuka, bunga diskonto, dan cadangan minimum adalah instrumen bank sentral dalam mempengaruhi suku bunga fed funds. Penawaran cadangan muncul karena ada bank yang kelebihan cadangan minimum karena menurunnya aset mereka. Bank yang kelebihan cadangan di bank sentral lebih suka memberikan pinjaman kepada bank yang kekurangan cadangan karena bank sentral tidak memberikan pengembalian terhadap simpanan tersebut. Semakin tinggi suku bunga fed funds, pinjaman bank komersial ke bak sentral (discount loans) meningkat sehingga meningaktkan penawaran cadangan. Permintaan cadangan muncul karena bank yang kekurangan cadangan lebih suka meminjam ke bank lain yang kelebihan cadangan daripada meminjam ke bank sentral. Hal ini dilakukan bank untuk menjaga kredibilitas bank. Permintaan cadangan terdiri dari permintaan terhadap cadangan minimum dan cadangan lebih ongkos memiliki cadangan lebih adalah imbal balik yang hilang karena bank menyimpan uangnya dalam brankas, yang besarnya sama dengan suku bunga fed funds. Oleh karena itu, makin rendah suku bunga fed funds, makin rendah ongkos memiliki reserves, sehingga meningkatkan demand reserves. Pembelian sekuritas pemerintah melalui pasar terbuka dapat meningkatkan cadangan. Sedangkan penjualan sekuritas oleh bank sentral menurunkan reserves dan meningkatkan suku buga fed funds. Demikian halnya dengan pinjaman diskonto, bila bank sentral menurunkan tingkat diskonto, maka permintaan terhadap pinjaman diskonto meningkat sehingga meningkatkan cadangan. Jika bank sentral menaikkan cadangan minimum, maka cadangan minimum bank komersial di bank sentral meningkat sehingga meningkatkan permintaan bank terhadap cadangan. Pengaturan Dan Pengawasan Perbankan Keberadaan bank yang sehat merupakan prasyarat bagi perekonomian yang sehat. Oleh karena itu otoritas bank moneter perlu mengatur dan mengawasi sistem perbankan. Pengaturan terhadap perbankan dilakukan dengan membuat berbagai ketentuan untuk mengatur keberadaan dan seluruh kegiatan operasional bank, disebut prudential banking regulation atau pengaturan tentang prinsip kehati-hatian pada bank. Prinsip kehati-hatian ini pada dasranya berupa berbagai ketentuan yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup dan pengelolaan bank secara sehat sehingga mampu menjaga kepercayaan masyarakat dan menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi dan pelayanan sistem pembayaran bagi perekonomian (Bank Indonesia, 2004). Dalam pelaksanaannya, pengaturan bank mencakup ketentuan-ketentuan tentang izin pemdirian bank atau pembukaan bank baru, cakupan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan bank, kecukupan permodalan, dan persyaratan bagi pengurusan bank. Berbagai ketentuan tersebut diadakan selain untuk keperluan pengawasan oleh otoritas pengawas, juga harus memungkinkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Selanjutnya bank sentral sebagai pengawas bank komersial bertugas memantau dan memeriksa apakah pemilik dan pengelola bank telah melaksanakannya. Dengan pengawasan, maka akan dapat segera dilakukan langkah-langkah yang diperlukan apabila terdapat peraturan atau ketentuan yang tidak dilaksanakan. Pengawasan dilakukan dapat secara langsung (on site), secara tidak langsung (off site) atau kombinasi keduanya. Independensi Bank Sentral Independensi didefenisikan sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi/pengarahan, atau kontrol dari pihak-pihak lain. Selain itu independensi bank sentral diartikan sebagai kebebasan bank sentral untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari pertimbangan-pertimbangan politik (Bank Indonesia, 2004). Secara umum, independensi bank sentral dapat dibedakan menjadi 5 aspek, yaitu : 1. Kebebasan terhadap campur tangan pemerintah atau pihak lain (institutional independence) 2. Kebebasan dalam mencapai sasaran akhir (goal independence) 3. Kebebasan dalam menggunakan instrumen dan menetapkan sendiri sasaran kebijakan moneter (instrument independence) 4. Kebebasan dewan gubernur bank sentral dalam melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan undang-undang (personal independence) 5. Kebebasab untuk menetapkan dan mengelola anggaran dan aset kekayaannya tanpa persetujuan oleh parlemen (financial independence). DAFTAR PUSTAKA Silvanita, Ktut, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Erlangga. Irmayanto, Juli, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.

Tidak ada komentar: